0

Pemahaman Berbagai unsur kebudayaan etnis Papua

Posted by Unknown on 15.04


 Ini dia Tanah Kelahiranku tercinta. Walau bukan asli dari tanah ini tapi Sungguh sungguh sangat sangaaaatttt cinta pulau ini. iya Papua, Tanah dengan begitu banyak kekayaan alam, dengan Gunung-gunung, sungai, danau, laut, dan hutan yang indah.  Mungkin dapat saya katakan ini adalah sebagain kecil dari pulau-pulau yang masih asli ciptaan Tuhan yang belum tersentuh tangan manusia. Dengan begitu banyak kekayaan alam dan keanekaragaman flora dan fauna yang berlimpah. Kali ini saya akan membahas mengenai Pemahaman berbagai unsur kebudayaan etnis papua.  Dimana kita tau setiap individu mempunyai cara tersendiri untuk bersikap dalam menyikapi sesuatu, ya karena kita diciptakan berbeda-beda dengan pemikiran masing-masing. Tapi izinkan saya membahas ini lebih lanjut pada blog saya. Kiranya apa yang saya posting dapat membantu pemahaman teman-teman tentang pulau tercinta ini. Selamat membaca. Tuhan Yesus Berkati Selalu. :) 


DiPapua terdapat berbagai macam kebudayaan. Entah itu dalam berbahasa, bersikap, maupun adat istiadat masyarakat dan lain sebagainya. Disini saya akan membahas mengenai pengetahuan, religi, kesenian teknologi peralatan hidup, mata pencaharian hidup, organisasi sosial, serta perubahan kebudayaan dimana semua ini merupakan unsur kebudayaan etnis Papua yang akan mencerminkan indentitas orang papua, karakter orang papua, pandangan hidup masyarakat Papua, etos kerja mereka, serta nilai budaya itu sendiri. Yang pertama adalah mengenai indentitas atau ciri khas dari etnis Papua , disini orang Papua tidak pernah diteliti oleh para ahli mengenai ciri-ciri ras. Hanya beberapa dokter dan ahli antropologi ragawi saja yang telah melakukan pengukuran tinggi badan dan indeks ukuran tengkorak pada beberapa individu dibeberapa tempat yang terpencar. Disini penduduk mengenal identitas atau ciri - ciri khas penduduk lainnya dengan melihat warna dan bentuk rambut. Walaupun dalam hal ini tidak ada bentuk keseragaman. 


                                                             (sumber:google)
Menurut H.J.T mengatakan bahwa ada kecenderungan bahwa orang Papua makin jauh dari pantai makin pendek tubuhnya, demikian pula tengkorak penduduk pantai umunya lonjong dan makin kearah pedalaman bentuknya menjadi sedang. Indeks ukuran bagian-bagian muka pada beberapa penduduk pantai ada yang lebar, namun tidak jarang pula ada orang pantai yang panjang bentuk mukanya, dan didaerah pedalaman keadaannya pun sama.  Dengan berorganisasi sosial banyak penduduk asli yang melakukan pencampuran ras . Dimana orang Papua asli tadi agaknya juga mendapat pengaruh ciri-ciri fisik para pendatang dari Asia Timur di zaman purba, atau dari orang-orang Asia yang tiba dalam zaman yang lebih muda, atau kita lihat sekarang banyak orang papua yang menikah dengan orang dari luar pulau seperti Jawa, dsb.
Selain pencampuran ras , identitas etnis papua juga dapat saya tinjau dari teknologi peralatan hidup mereka. Dimana masyarakat  Tolikara biasa menggunakan noken untuk kegiatan sehari-hari mereka. Misalkan untuk mengisi hasil kebun mereka kedalam noken ataupun dipergunakan untuk hal lain, dan sekarang noken pun sudah menjadi mata pencaharian hidup mereka, dimana mereka membuat noken bukan untuk dipergunakan sendiri melainkan mereka buat dan diperjual belikan untuk mendapatkan uang dan dapat dipergunakan untuk pendidikan anak-anak mereka. Pembuatan noken pun tidak gampang dan membutuhkan waktu yang cukup lama, itu pun setara dengan harga noken asli yang berkisar diatas Rp 300.000,00. Noken pun sangat terkenal dan masyarakat sekitar sudah mengetahui bahwa orang asli pembuat noken adalah orang tolikara. Selain kerajinan tangan yang dibuat oleh orang Papua , bagi masyarakat adat Papua tidak ada kehidupan diatas muka bumi ini jika tidak ada tanah. Tanah menjadi segala sumber kehidupan dimuka bumi ini. Itulah filosofi tanah bagi orang Papua. Sehingga jika masyarakat modern memandang tanah terpisah dari segala sesuatu yang ada diatas maupun didalam tanah sebagai bentuk-bentuk sumber daya alam, masyarakat adat Papua justru memandang tanah sebagai keseluruhan dari sumber daya alam itu. 

Tanah menjadi satu kesatuan dengan apa yang ada diatas maupun didalamnya. Kepemilikan atas tanah pada masyarakat adat Papua adalah kepemilikan komunal berdasarkan klan atau marga. Pendistribusian tanah dari seorang orang tua kepada anak-anaknya seringkali diartikan sebagai kepemilikan individu, namun sesungguhnya kepemilikan atas tanah-tanah yang didistribusikan tersebut berada pada sebuah klan atau gabungan klan. Sehingga secara turun temurun tanah bagi orang Papua merupakan sumber kehidupan dan identitas orang Papua sehingga mereka tidak mengenal jual beli tanah.
Namun perubahan dan perkembangan telah membuat masyarakat adat harus rela melepaskan beribu hektar lahan kehidupan mereka sebagai tempat mata pencaharian. Setelah membahas identitas atau ciri-ciri khas orang Papua, sekarang saya akan membahas mengenai karakter dari berbagai unsur kebudayaan etnis Papua. Masyarakat luas khususnya diluar Papua banyak yang mengenal karakter atau watak orang Papua yang keras, namun sebetulnya banyak orang Papua yang mempunyai karakter yang penuh ketulusan, kasih sayang, dan ingin selalu berdamai dengan semua orang.
 Nampaknya karakter ini sama halnya dengan karakter orang pada umumnya. Namun kenapa banyak masyarakat yang menganggap orang Papua keras , karena mungkin menurut saya masyarakat luas melihat tampilan atau penampilan orang Papua yang mempunyai kulit agak gelap dan cenderung keras dalam bertutur kata.  Namun masyarakat Papua cenderung ramah jika mereka berada dalam lingkup keagamaan, mereka cenderung lebih mudah bersosialisasi dengan orang baru. Kalau dalam lingkup kesenian saya mengambil contoh orang asmat dimana penduduk asmat sangat piawai membuat ukiran, dan sebagaimana kita tahu jika membuat ukiran atau pahatan harus tenang dan penuh konsentrasi dimana ini berkaitan erat dengan cerita dari leluhur yang berkembang di masyarakat bahwa disetiap ukiran bersemayam citra dan pengharapan atas nenek moyang mereka yang syarat dengan kebesaran suku Asmat.  Sehingga pada masing-masing ukiran hasil karya suku Asmat selalu mengandung pesan untuk menghargai nenek moyangnya yang disampaikan secara tersirat lewat simbol-simbol motif dalam ukiran tersebut.
Perubahan kebudayaan nampaknya sedikit merubah karakter sebagian masyarakat Papua dimana mereka lebih dapat menempatkan diri dalam kehidupan modern. Dimana mereka sudah tidak menggunakan koteka mereka sekarang menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman dengan memakai pakaian disetiap aktifitas keseharian mereka. Pandangan hidup dari berbagai unsur kebudayaan etnis Papua saya bahas dalam pandangan mithologi manusia Papua yaitu; Semua umat manusia adalah satu nenek moyang asal kejadian atau satu sumber asal mula muncul dimuka bumi. Pandangan demikian didapati dalam budaya atau religi Baliem Selatan. Namun dengan adanya arus deras perubahan zaman serta transformasi nilai-nilai baru, cerita mhitologi demikian dapat pula bergeser. Bergeser oleh kepercayaan baru dari agama, dari nilai-nilai lama yang berorientasi pada masa lalu, dan usaha terus menerus ingin mewujudkan masa lalunya pada konteks sosial budaya kekinian yang terus berubah adalah suatu pergumulan yang tanpa usai.
Pandangan religi Suku Dani, Baliem Selatan mempercayai bahwa manusia pertama muncul dari daerah Maima. Tapi yang lain meyakini dan merahasiakan asal mula manusia Baliem muncul dimuka bumi. Masing-masing marga mengakui daerahnya dan tempat keramatnyalah sebagai asal dan awal mula tempat manusia keluar dari Goa. Tapi mereka umumnya mengakui dan merahasikan pada orang lain dari keturunanya yang bersifat patrineal itu bahwa dari tempat dan daerahnyalah asal mula semua manusia seluruh penjuru dunia berasal. Tapi orang yang memikili pandangan lebih luas dan lebih mengetahui, mengatakan; "Manusia muncul awal mula dimuara sungai antara Baliem dan Eageima.Orang Baliem Selatan, memandang matahari dengan rasa takut sekaligus dengan rasa hormat". Karena itu orang-orang yang lebih "mengerti" tidak lama-lama memandang matahari. Simbol matahari terkait erat dengan benda sakral yang hinggi kini disimpan didalam lemari (ka'kok),Honay pria. Benda yang disimpan didalam lemari Honay Pria adalah berupa batu hitam, sejenis dengan axe (batu hitam). Sedangkan pandangan hidup dalam masyarakat Biak Numfor dan Kabupaten Raja Ampat meng­enal sistem korservasi lokal dengan nama Sasisen. Orang-orang Maya di Pulau Salawati Kabupaten Raja Ampat menyebutnya Rajaha dan Pulau Misol menamakan sistem konservasi tradisional dengan nama samsom. Arti samsom dalam bahasa Matbat(PulauMisol)adalah larangan.
 Bagi masyarakat Suku Tepera Distrik Depapre Kabupaten Jayapura, upacara Tiatiki tentang pelarangan selama beberapa bulan bagi warga kampung mencari ikan pada lokasi tertentu. Ini artinya masyarakat setempat telah menyadari pentingnya menjaga keseimbangan lingkungan hidup. Kemudian saya akan menjelaskan mengenai etos kerja. Dimana etos kerja adalah respon atau tindakan yang muncul dari keyakinan yang diterima dan respon itu menjadi kebiasaan atau karakter pada diri seseorang atau kelompok atau masyarakat. Dengan kata lain, etika kerja merupakan produk dari sistem kepercayaan yang diterima seseorang atau kelompok atau masyarakat. Etos kerja dari berbagai unsur kebudayaan etnis Papua berkaitan erat dengan sikap, kebiasaan, keyakinan yang berbeda dari individu atau kelompok dalam masyarakat Papua. Misalkan, pandangan wanita khususnya wanita Papua, dimana sekarang mereka lebih berprestasi. Bisa dilihat sekarang banyak sekali perempuan-perempuan papua yang mampu bersaing dalam ajang pencaria Putri indonesia. Mereka berkali-kali menjuarai putri persahabatan. Ini menunjukan bahwa selain mempunya akal pikiran yang luas mereka juga menjunjung tinggi sikap keramahtamahan yang memang sudah ditanam sejak kecil dari orang tua mereka. Dimana masyarakata Papua juga saling membantu satu sama lain dengan gotong royong.  
Kemudian etos kerja yang tercipta dalam kesenian dimana tarian yosim panca tidak bisa dilakukan sendiri , namun dibutuhkan keseragaman penari satu dengan yang lain. Dimana kita tahu tarian yosim panca berasal dari papua dan merupakan tarian yang menggambarkan kegembiraan menyambut seseorang yang datang di wilayah mereka. Etos kerja dalam mata pencaharian hidup dimana yang saya amati , bagi masyarakat Papua yang masih mencari sagu secara tradisional , biasanya mereka jalan memasuki hutan untuk mengambil sagu secara berkelompok, dan itu sudah dilakukan secara turun temurun. Etos kerja dalam perubahan kebudayaan , ini terlihat dalam kekompakan masyarakat Papua berbaur dengan masyarakat non-Papua dalam kesatuan mendukung tim sepakbola dari Papua yaitu persipura. Dimana masyarakat satu dengan yang lain melupakan berbagai masalah dan dengan suka cita mendukung tim kebanggaan mereka.
Nilai budaya etnis Papua memiliki potensi yang besar. Bilamana potensi ini kita lestarikan dan kita jaga keaslian kebudayaan dari nenek moyang kita. Saya yakin Papua akan menjadi salah satu kota yang mempunyai segudang kebudayaan yang unik. Dimana kita tahu pasti budaya Papua sudah dikenal dengan ciri khasnya , seperti kesenian tarian tradisional yosim panca yang biasa di bawakan bukan hanya di daerah Papua tapi sudah berkembang sampai keluar pulau untuk dipentaskan. Dan masih banyak lagi kesenian maupun kebudayaan yang belum ter-expos keluar pulau Papua. Tarian yosim panca Ini sudah di kenal masyarakat luas sebagai kesenian atau tarian asli orang Papua. Bukan hanya kesenian tarian saja, dari berbagai suku di Papua terdapat begitu banyak Tarian yang mempunyai ciri khas tersendiri.  Sangat  tidak dipungkiri lagi jika Papua terkenal dengan kekayaan alam yang melimpah dan kebudayaannya yang beragam. Dimana setiap suku mempunyai ciri khas kesenian, kebudayaan mereka masing-masing . Salah satu contoh suku Mee bisa membudayakan aktivitas berkebun dan beternak. Adapula nilai kebudayaaan yang memiliki potensi tinggi seperti mutiara dan rumput laut dihasilkan di Kabupaten Raja Ampat, sedangkan satu-satunya industri tradisional tenun ikat yang disebut Kain Timor dihasilkan di Kabupaten Sorong Selatan. Sirup pala harum dapat diperoleh di Kabupaten fak-fak, serta beragam potensi lainnya. Sebagaimana kita tahu potensi-potensi ini tetap terjaga karena masyarakat sendiri, mau menerapkannya turun temurun kepada anak cucu mereka.
Dimana baru-baru ini ditemukan sebuah gua yang diklaim sebagai gua terdalam didunai oleh tim ekspedisi speolohi Perancis dikawasan Pegunungan Lina, Kampung Irameba, Distrik Anggi, Kabupaten Manokwari. Gua ini diperkirakan mencapai kedalaman 2000 meter.  Namun masih banayk potensi pulau Papua ini yang belum terungkap.
Kemudian berbicara mengenai keragaman budaya dan beragam agama yang dianut masyarakat satu sama lain. Masyarakat masih menjaga kedamaian dan kekompakan beragama satu dengan yang lain , menghargai setiap hari raya besar setiap agama dan tidak membuat kerusuhan ketika sebagian masyarakat sedang beribadah. Masyarakat Papua juga sudah mengikuti perkembangan jaman dengan dulunya menggunakan kayu bakar sejarang sudah banyak yang menggunakan minyak tanah. Bahkan dibeberapa rumah warga Papua sudah menggunakan kompor gas, ini menunjukan teknologi peralatan hidup yang mencerminkan nilai budaya dimana masyarakat mengikuti perkembangan jaman. Dimana masyarakat menggunakan fasilitas yang juga diberikan oleh pemerintah. Pemertintah juga mempunya peran dalam kelangsungan nilai kebudayaan yang ada diPapua. Dengan dukungan pemerintah saya yakin potensi nilai kebudayaan yang kita miliki di tanah Papua ini akan semakin terjaga dan terangkat ke muka Publik. Namun kita juga sebagai masyarakat harus dan memang sepantasnya mendukung setiap program yang dicanangkan pemerintah agar kebudayaan yang sudah ada dipulau Papua tidak hilang dan dapat berjalan seiring dengang perkembangan jaman.
Semakin banyak masyarakat Papua yang sudah menuju masyarakat modern. Namun sekiranya kita tidak boleh lupa dengan tradisi kita sejak dahulu kala. Keragaman bahasa, kesenian, kebudayaan semua ini kita sebagai masyarakat Papua maupun masyarakat non-Papua kita harus mendukung kebudayaan yang ada ditanah Papua. Bagaimanapun juga kita hidup dan mencari nafkah ditanah ini. Selayaknya dan sepantasnya menghargai setiap kebudayaan yag ada. Dengan begitu kehidupan bermasyarakat akan terjaga kesatuan, kekompakan masyarakat satu dengan yang lain.



0 Comments

Posting Komentar

Sabtu, 17 Januari 2015

Pemahaman Berbagai unsur kebudayaan etnis Papua



 Ini dia Tanah Kelahiranku tercinta. Walau bukan asli dari tanah ini tapi Sungguh sungguh sangat sangaaaatttt cinta pulau ini. iya Papua, Tanah dengan begitu banyak kekayaan alam, dengan Gunung-gunung, sungai, danau, laut, dan hutan yang indah.  Mungkin dapat saya katakan ini adalah sebagain kecil dari pulau-pulau yang masih asli ciptaan Tuhan yang belum tersentuh tangan manusia. Dengan begitu banyak kekayaan alam dan keanekaragaman flora dan fauna yang berlimpah. Kali ini saya akan membahas mengenai Pemahaman berbagai unsur kebudayaan etnis papua.  Dimana kita tau setiap individu mempunyai cara tersendiri untuk bersikap dalam menyikapi sesuatu, ya karena kita diciptakan berbeda-beda dengan pemikiran masing-masing. Tapi izinkan saya membahas ini lebih lanjut pada blog saya. Kiranya apa yang saya posting dapat membantu pemahaman teman-teman tentang pulau tercinta ini. Selamat membaca. Tuhan Yesus Berkati Selalu. :) 


DiPapua terdapat berbagai macam kebudayaan. Entah itu dalam berbahasa, bersikap, maupun adat istiadat masyarakat dan lain sebagainya. Disini saya akan membahas mengenai pengetahuan, religi, kesenian teknologi peralatan hidup, mata pencaharian hidup, organisasi sosial, serta perubahan kebudayaan dimana semua ini merupakan unsur kebudayaan etnis Papua yang akan mencerminkan indentitas orang papua, karakter orang papua, pandangan hidup masyarakat Papua, etos kerja mereka, serta nilai budaya itu sendiri. Yang pertama adalah mengenai indentitas atau ciri khas dari etnis Papua , disini orang Papua tidak pernah diteliti oleh para ahli mengenai ciri-ciri ras. Hanya beberapa dokter dan ahli antropologi ragawi saja yang telah melakukan pengukuran tinggi badan dan indeks ukuran tengkorak pada beberapa individu dibeberapa tempat yang terpencar. Disini penduduk mengenal identitas atau ciri - ciri khas penduduk lainnya dengan melihat warna dan bentuk rambut. Walaupun dalam hal ini tidak ada bentuk keseragaman. 


                                                             (sumber:google)
Menurut H.J.T mengatakan bahwa ada kecenderungan bahwa orang Papua makin jauh dari pantai makin pendek tubuhnya, demikian pula tengkorak penduduk pantai umunya lonjong dan makin kearah pedalaman bentuknya menjadi sedang. Indeks ukuran bagian-bagian muka pada beberapa penduduk pantai ada yang lebar, namun tidak jarang pula ada orang pantai yang panjang bentuk mukanya, dan didaerah pedalaman keadaannya pun sama.  Dengan berorganisasi sosial banyak penduduk asli yang melakukan pencampuran ras . Dimana orang Papua asli tadi agaknya juga mendapat pengaruh ciri-ciri fisik para pendatang dari Asia Timur di zaman purba, atau dari orang-orang Asia yang tiba dalam zaman yang lebih muda, atau kita lihat sekarang banyak orang papua yang menikah dengan orang dari luar pulau seperti Jawa, dsb.
Selain pencampuran ras , identitas etnis papua juga dapat saya tinjau dari teknologi peralatan hidup mereka. Dimana masyarakat  Tolikara biasa menggunakan noken untuk kegiatan sehari-hari mereka. Misalkan untuk mengisi hasil kebun mereka kedalam noken ataupun dipergunakan untuk hal lain, dan sekarang noken pun sudah menjadi mata pencaharian hidup mereka, dimana mereka membuat noken bukan untuk dipergunakan sendiri melainkan mereka buat dan diperjual belikan untuk mendapatkan uang dan dapat dipergunakan untuk pendidikan anak-anak mereka. Pembuatan noken pun tidak gampang dan membutuhkan waktu yang cukup lama, itu pun setara dengan harga noken asli yang berkisar diatas Rp 300.000,00. Noken pun sangat terkenal dan masyarakat sekitar sudah mengetahui bahwa orang asli pembuat noken adalah orang tolikara. Selain kerajinan tangan yang dibuat oleh orang Papua , bagi masyarakat adat Papua tidak ada kehidupan diatas muka bumi ini jika tidak ada tanah. Tanah menjadi segala sumber kehidupan dimuka bumi ini. Itulah filosofi tanah bagi orang Papua. Sehingga jika masyarakat modern memandang tanah terpisah dari segala sesuatu yang ada diatas maupun didalam tanah sebagai bentuk-bentuk sumber daya alam, masyarakat adat Papua justru memandang tanah sebagai keseluruhan dari sumber daya alam itu. 

Tanah menjadi satu kesatuan dengan apa yang ada diatas maupun didalamnya. Kepemilikan atas tanah pada masyarakat adat Papua adalah kepemilikan komunal berdasarkan klan atau marga. Pendistribusian tanah dari seorang orang tua kepada anak-anaknya seringkali diartikan sebagai kepemilikan individu, namun sesungguhnya kepemilikan atas tanah-tanah yang didistribusikan tersebut berada pada sebuah klan atau gabungan klan. Sehingga secara turun temurun tanah bagi orang Papua merupakan sumber kehidupan dan identitas orang Papua sehingga mereka tidak mengenal jual beli tanah.
Namun perubahan dan perkembangan telah membuat masyarakat adat harus rela melepaskan beribu hektar lahan kehidupan mereka sebagai tempat mata pencaharian. Setelah membahas identitas atau ciri-ciri khas orang Papua, sekarang saya akan membahas mengenai karakter dari berbagai unsur kebudayaan etnis Papua. Masyarakat luas khususnya diluar Papua banyak yang mengenal karakter atau watak orang Papua yang keras, namun sebetulnya banyak orang Papua yang mempunyai karakter yang penuh ketulusan, kasih sayang, dan ingin selalu berdamai dengan semua orang.
 Nampaknya karakter ini sama halnya dengan karakter orang pada umumnya. Namun kenapa banyak masyarakat yang menganggap orang Papua keras , karena mungkin menurut saya masyarakat luas melihat tampilan atau penampilan orang Papua yang mempunyai kulit agak gelap dan cenderung keras dalam bertutur kata.  Namun masyarakat Papua cenderung ramah jika mereka berada dalam lingkup keagamaan, mereka cenderung lebih mudah bersosialisasi dengan orang baru. Kalau dalam lingkup kesenian saya mengambil contoh orang asmat dimana penduduk asmat sangat piawai membuat ukiran, dan sebagaimana kita tahu jika membuat ukiran atau pahatan harus tenang dan penuh konsentrasi dimana ini berkaitan erat dengan cerita dari leluhur yang berkembang di masyarakat bahwa disetiap ukiran bersemayam citra dan pengharapan atas nenek moyang mereka yang syarat dengan kebesaran suku Asmat.  Sehingga pada masing-masing ukiran hasil karya suku Asmat selalu mengandung pesan untuk menghargai nenek moyangnya yang disampaikan secara tersirat lewat simbol-simbol motif dalam ukiran tersebut.
Perubahan kebudayaan nampaknya sedikit merubah karakter sebagian masyarakat Papua dimana mereka lebih dapat menempatkan diri dalam kehidupan modern. Dimana mereka sudah tidak menggunakan koteka mereka sekarang menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman dengan memakai pakaian disetiap aktifitas keseharian mereka. Pandangan hidup dari berbagai unsur kebudayaan etnis Papua saya bahas dalam pandangan mithologi manusia Papua yaitu; Semua umat manusia adalah satu nenek moyang asal kejadian atau satu sumber asal mula muncul dimuka bumi. Pandangan demikian didapati dalam budaya atau religi Baliem Selatan. Namun dengan adanya arus deras perubahan zaman serta transformasi nilai-nilai baru, cerita mhitologi demikian dapat pula bergeser. Bergeser oleh kepercayaan baru dari agama, dari nilai-nilai lama yang berorientasi pada masa lalu, dan usaha terus menerus ingin mewujudkan masa lalunya pada konteks sosial budaya kekinian yang terus berubah adalah suatu pergumulan yang tanpa usai.
Pandangan religi Suku Dani, Baliem Selatan mempercayai bahwa manusia pertama muncul dari daerah Maima. Tapi yang lain meyakini dan merahasiakan asal mula manusia Baliem muncul dimuka bumi. Masing-masing marga mengakui daerahnya dan tempat keramatnyalah sebagai asal dan awal mula tempat manusia keluar dari Goa. Tapi mereka umumnya mengakui dan merahasikan pada orang lain dari keturunanya yang bersifat patrineal itu bahwa dari tempat dan daerahnyalah asal mula semua manusia seluruh penjuru dunia berasal. Tapi orang yang memikili pandangan lebih luas dan lebih mengetahui, mengatakan; "Manusia muncul awal mula dimuara sungai antara Baliem dan Eageima.Orang Baliem Selatan, memandang matahari dengan rasa takut sekaligus dengan rasa hormat". Karena itu orang-orang yang lebih "mengerti" tidak lama-lama memandang matahari. Simbol matahari terkait erat dengan benda sakral yang hinggi kini disimpan didalam lemari (ka'kok),Honay pria. Benda yang disimpan didalam lemari Honay Pria adalah berupa batu hitam, sejenis dengan axe (batu hitam). Sedangkan pandangan hidup dalam masyarakat Biak Numfor dan Kabupaten Raja Ampat meng­enal sistem korservasi lokal dengan nama Sasisen. Orang-orang Maya di Pulau Salawati Kabupaten Raja Ampat menyebutnya Rajaha dan Pulau Misol menamakan sistem konservasi tradisional dengan nama samsom. Arti samsom dalam bahasa Matbat(PulauMisol)adalah larangan.
 Bagi masyarakat Suku Tepera Distrik Depapre Kabupaten Jayapura, upacara Tiatiki tentang pelarangan selama beberapa bulan bagi warga kampung mencari ikan pada lokasi tertentu. Ini artinya masyarakat setempat telah menyadari pentingnya menjaga keseimbangan lingkungan hidup. Kemudian saya akan menjelaskan mengenai etos kerja. Dimana etos kerja adalah respon atau tindakan yang muncul dari keyakinan yang diterima dan respon itu menjadi kebiasaan atau karakter pada diri seseorang atau kelompok atau masyarakat. Dengan kata lain, etika kerja merupakan produk dari sistem kepercayaan yang diterima seseorang atau kelompok atau masyarakat. Etos kerja dari berbagai unsur kebudayaan etnis Papua berkaitan erat dengan sikap, kebiasaan, keyakinan yang berbeda dari individu atau kelompok dalam masyarakat Papua. Misalkan, pandangan wanita khususnya wanita Papua, dimana sekarang mereka lebih berprestasi. Bisa dilihat sekarang banyak sekali perempuan-perempuan papua yang mampu bersaing dalam ajang pencaria Putri indonesia. Mereka berkali-kali menjuarai putri persahabatan. Ini menunjukan bahwa selain mempunya akal pikiran yang luas mereka juga menjunjung tinggi sikap keramahtamahan yang memang sudah ditanam sejak kecil dari orang tua mereka. Dimana masyarakata Papua juga saling membantu satu sama lain dengan gotong royong.  
Kemudian etos kerja yang tercipta dalam kesenian dimana tarian yosim panca tidak bisa dilakukan sendiri , namun dibutuhkan keseragaman penari satu dengan yang lain. Dimana kita tahu tarian yosim panca berasal dari papua dan merupakan tarian yang menggambarkan kegembiraan menyambut seseorang yang datang di wilayah mereka. Etos kerja dalam mata pencaharian hidup dimana yang saya amati , bagi masyarakat Papua yang masih mencari sagu secara tradisional , biasanya mereka jalan memasuki hutan untuk mengambil sagu secara berkelompok, dan itu sudah dilakukan secara turun temurun. Etos kerja dalam perubahan kebudayaan , ini terlihat dalam kekompakan masyarakat Papua berbaur dengan masyarakat non-Papua dalam kesatuan mendukung tim sepakbola dari Papua yaitu persipura. Dimana masyarakat satu dengan yang lain melupakan berbagai masalah dan dengan suka cita mendukung tim kebanggaan mereka.
Nilai budaya etnis Papua memiliki potensi yang besar. Bilamana potensi ini kita lestarikan dan kita jaga keaslian kebudayaan dari nenek moyang kita. Saya yakin Papua akan menjadi salah satu kota yang mempunyai segudang kebudayaan yang unik. Dimana kita tahu pasti budaya Papua sudah dikenal dengan ciri khasnya , seperti kesenian tarian tradisional yosim panca yang biasa di bawakan bukan hanya di daerah Papua tapi sudah berkembang sampai keluar pulau untuk dipentaskan. Dan masih banyak lagi kesenian maupun kebudayaan yang belum ter-expos keluar pulau Papua. Tarian yosim panca Ini sudah di kenal masyarakat luas sebagai kesenian atau tarian asli orang Papua. Bukan hanya kesenian tarian saja, dari berbagai suku di Papua terdapat begitu banyak Tarian yang mempunyai ciri khas tersendiri.  Sangat  tidak dipungkiri lagi jika Papua terkenal dengan kekayaan alam yang melimpah dan kebudayaannya yang beragam. Dimana setiap suku mempunyai ciri khas kesenian, kebudayaan mereka masing-masing . Salah satu contoh suku Mee bisa membudayakan aktivitas berkebun dan beternak. Adapula nilai kebudayaaan yang memiliki potensi tinggi seperti mutiara dan rumput laut dihasilkan di Kabupaten Raja Ampat, sedangkan satu-satunya industri tradisional tenun ikat yang disebut Kain Timor dihasilkan di Kabupaten Sorong Selatan. Sirup pala harum dapat diperoleh di Kabupaten fak-fak, serta beragam potensi lainnya. Sebagaimana kita tahu potensi-potensi ini tetap terjaga karena masyarakat sendiri, mau menerapkannya turun temurun kepada anak cucu mereka.
Dimana baru-baru ini ditemukan sebuah gua yang diklaim sebagai gua terdalam didunai oleh tim ekspedisi speolohi Perancis dikawasan Pegunungan Lina, Kampung Irameba, Distrik Anggi, Kabupaten Manokwari. Gua ini diperkirakan mencapai kedalaman 2000 meter.  Namun masih banayk potensi pulau Papua ini yang belum terungkap.
Kemudian berbicara mengenai keragaman budaya dan beragam agama yang dianut masyarakat satu sama lain. Masyarakat masih menjaga kedamaian dan kekompakan beragama satu dengan yang lain , menghargai setiap hari raya besar setiap agama dan tidak membuat kerusuhan ketika sebagian masyarakat sedang beribadah. Masyarakat Papua juga sudah mengikuti perkembangan jaman dengan dulunya menggunakan kayu bakar sejarang sudah banyak yang menggunakan minyak tanah. Bahkan dibeberapa rumah warga Papua sudah menggunakan kompor gas, ini menunjukan teknologi peralatan hidup yang mencerminkan nilai budaya dimana masyarakat mengikuti perkembangan jaman. Dimana masyarakat menggunakan fasilitas yang juga diberikan oleh pemerintah. Pemertintah juga mempunya peran dalam kelangsungan nilai kebudayaan yang ada diPapua. Dengan dukungan pemerintah saya yakin potensi nilai kebudayaan yang kita miliki di tanah Papua ini akan semakin terjaga dan terangkat ke muka Publik. Namun kita juga sebagai masyarakat harus dan memang sepantasnya mendukung setiap program yang dicanangkan pemerintah agar kebudayaan yang sudah ada dipulau Papua tidak hilang dan dapat berjalan seiring dengang perkembangan jaman.
Semakin banyak masyarakat Papua yang sudah menuju masyarakat modern. Namun sekiranya kita tidak boleh lupa dengan tradisi kita sejak dahulu kala. Keragaman bahasa, kesenian, kebudayaan semua ini kita sebagai masyarakat Papua maupun masyarakat non-Papua kita harus mendukung kebudayaan yang ada ditanah Papua. Bagaimanapun juga kita hidup dan mencari nafkah ditanah ini. Selayaknya dan sepantasnya menghargai setiap kebudayaan yag ada. Dengan begitu kehidupan bermasyarakat akan terjaga kesatuan, kekompakan masyarakat satu dengan yang lain.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Copyright © 2009 Rharaaa... All rights reserved. Theme by Laptop Geek. | Bloggerized by FalconHive.