2
BAHAN KIMIA UNTUK MENINGKATKAN MUTU BETON
Posted by Unknown
on
20.56
Beton berasal dari
bahasa latin yaitu “concretus” yang berarti tumbuh bersama yang berupa
kelebihan dan kekurangan (Mindess, Young, 1981). Adapun kelebihannya adalah
mudah dicetak, ekonomis, tahan lama, effisien, dapat diproduksi ditempat,
mempunyai estetika dan mempunyai kuat desak yang tinggi. Sedangkan kekurangannya
adalah kekuatan regang rendah, keliatan rendah, volumenya tidak stabil,
kekuatan rendah dibanding beratnya dan mempunyai tarik desak yang rendah.
Secara umum material
beton yang digunakan pada konstruksi terdiri atas semen, air, pasir (agregat halus)
dan kerikil (agregat kasar) yang dicampur dengan perbandingan tertentu dan
untuk menghasilkan kekuatan tertentu pula. Kekuatan yang diukur pun biasanya
hanya kuat tekannya saja yang diuji pada standar umur 28 hari. Beton yang
dibuat secara konvensional umumnya mempunyai kuat tekan antara 18 - 32 MPa.
(N/mm2) dan berat 2,4 ton/m3, biasanya disebut sebagai
beton norma/konvensional, sedangkan beton yang mempunyai kuat tekan di atas 35
MPa biasanya disebut dengan beton mutu tinggi.
Selain kualitas dan gradasi
agregat halus dan kasar, kualitas beton yang dibuat juga bergantung pada nilai
perbandangan berat penggunaan air dengan semen, yang disebut sebagai faktor air
semen (fas). Nilai fas ini juga akan mempengaruhi tingkat kemudahan
pengerjaan (workability) dari beton yang dibuat.
Disamping itu, untuk keperluan
tertentu terkadang campuran beton tersebut masih ditambahkan bahan tambah
berupa zat-zat kimia tambahan (chemical additive) dan
mineral/material tambahan. Zat kimia tambahan tersebut biasanya berupa serbuk
atau cairan yang secara kimiawi langsung mempengaruhi kondisi campuran beton.
Sedangkan mineral/material tambahan berupa agregat yang mempunyai karakteristik
tertentu. Penambahan zat-zat kimia atau mineral tambahan ini diharapkan dapat
merubah performa dan sifat-sifat campuran beton sesuai dengan kondisi dan
tujuan yang diinginkan, serta dapat pula sebagai bahan pengganti sebagian dari
material utama penyusun beton. Standar pemberian bahan tambahan beton ini pun
sudah diatur dalam SNI S-18-1990-03 tentang Spesifikasi Bahan Tambahan pada
Beton.
Material tambahan yang
digunakan disamping sebagai bahan tambah, terkadang sebagai pengganti sebaian
atau seluruh agregat. Agar diperoleh beton ringan biasanya digunakan agregat
ringan seperti batu apung, alwa (artificial light weigth aggregate),
serbuk/potongan kayu, serbuk stereofoam, dan sebagainya. Untuk memperoleh
beton dengan performa tarik yang meningkat ditambahkan serat-serat, seperti
serat baja,serat aluminium, serat ban atau beberapa serat alami. Dan beton
berat diperoleh dengan menambahkan agregat dengan berat jenis yang lebih besar
dari agregat kerikil dan pasir
Beton
mutu tinggi umumnya ditambahkan bahan tambahan atau additive dan admixture,
yaitu bahan selain semen, agregat, dan air yang ditambahkan pada adukan beton,
sebelum atau selama pengadukan beton untuk mengubah sifat beton sesuai dengan
keinginan perencana. Penambahan additive
atau admixture tersebut ke
dalam campuran beton ternyata telah terbukti meningkatkan kinerja beton hampur
di semua aspeknya, yaitu kekuatan, kemudahan pengerjaan, keawetan, dan
kinerja-kinerja lainnya dalam memenuhi tuntutan teknologi konstruksi modern.
Bahan additive dan
admixture dapat dibedakan dalam 3 (tiga) jenis, yaitu :
- Air Entraining Agent (ASTM C260), yaitu bahan tambahan untuk meningkatkan kadar udara, agar beton tahan terhadap pembekuan dan pencucian, terutama untuk daerah salju.
- Chemical Admixture (ASTM C49 dan BS 5075), yaitu bahan kimia yang ditambahkan untuk mengendalikan waktu pengerasan (mempercepat atau memperlambat), mereduksi kebutuhan air, dan memudahkan pengerjaan beton.
- Mineral Admixture, yaitu bahan mineral yang dihaluskan dan ditambahkan untuk memperbaiki sifat beton agar mudah dikerjakan dan meningkatkan kekuatan dan keawetan beton.
Air Entraining Agent (ASTM C260)
Yaitu
bahan tambahan untuk meningkatkan kadar udara agar beton tahan terhadap
pembekuan dan pencucian terutama untuk daerah salju.Pengaruh air entraining
admixture terhadap sifat-sifat beton meliputi: Kekuatan Tekan Beton,
Workabilitas Beton (kemudahan pekerjaan), Pengikatan Waktu, Bleeding (keluarnya
air ke permukaan beton), Perubahan Volume (volume deformation), Kohesif,
Density (berat jenis), dan Keawetan Beton (durability).
Hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam pemakaian admixture (AEA):
- Penambahan jumlah pasir dari 35% sampai 40% akan menambah kadar udara 4.5% sampai 5%. Penambahan semen 90 kg/m3 akan mengurangi 1% udara.
- Pengukuran kadar udara sebaiknya teratur (regular), menurut standard yang ada, ASTM atau BS 1881 Part 2.
- Kenaikan temperatur beton akan mengurangi kandungan udara (air content).
- Waktu pencampuran (Mixing) akan mempengaruhi kadar udara (air content).
- Pengikatan beton dapat mengurangi kadar udara sampai 0.5%.
Admixture Kimia (Bahan Tambahan Kimia, ASTM C49 dan BS 5075)
Menurut standar ASTM , terdapat 7
jenis bahan tambah kimia, yaitu:
- Tipe A, Water-Reducing Admixtures
- Tipe B, Retarding Admixtures
- Tipe C, Accelerating Admixtures
- Tipe D, Water Reducing and Retarding Admixtures
- Tipe E, Water Reducing and Accelerating Admixtures
- Tipe F, Water Reducing, High Range Admixtures
- Tipe G, Water Reducing,High Range Retarding Admixtures
Keterangan:
Tipe A: Water Reducer (WR) atau plasticizer.
Bahan
kimia tambahan untuk mengurangi jumlah air yang digunakan. Dengan pemakaian
bahan ini diperoleh adukan dengan faktor air semen lebih rendah pada nilai
kekentalan adukan yang sama, atau diperoleh kekentalan adukan lebih encer pada
faktor air semen yang sama.
Pengaruhnya pada beton:
- Kekuatan Tekan: Tegangan tekan beton bertambah karena adanya pengurangan air, hal ini dikarenakan faktor a/s (air semen) berkurang. Penambahan kekuatan diperkirakan ± 10%.
- Setting Time: Dengan adanya water reducing admixture, setting time dari campuran beton tidak berubah.
- Workability: Bila tidak ada perubahan faktor air semen (a/s), water reducing menambah workability beton. Untuk slump awal 25-75 mm dapat ditambah dengan 50-60 mm.
- Loss Slump: Tingkat kecepatan penurunan slump beton yang berisi air water reducing admixture umumnya sama atau lebih besar dari beton biasa. Dimana bila digunakan water reducing admixture (WRA) akan menambah workability dan waktu pencampuran.
- Air Entrainment: Dengan bahan dasar Lignosulphonate cenderung meningkatkan jumlah kadar udara tapi tidak melampaui 2%. Bahan dasar Salt hydroxy carboxylic dan Polysacharides tidak menambah kadar udara dan bahkan sering mengurangi kadar udara.
- Panas Hidrasi: Panas hidrasi tidak terpengaruh dengan adanya penggunaan WRA.
- Perubahan Bentuk: Perubahan bentuk (volume change) tidak terpengaruh dengan adanya WRA.
- Durability: Durabilitas tidak terpengaruh dengan adanya WRA kecuali airnya dikurangi yang menyebabkan beton lebih padat dan impermeabel.
Plasticizer dapat digunakan dengan cara-cara sebagai berikut:
1. Kadar semen tetap, air dikurangi
Cara ini untuk memproduksi beton dengan nilai
perbandingan atau faktor air semen (fas) yang rendah. Dengan faktor air semen
yang rendah akan meningkatkan kuat tekan beton. Dengan penambahan plasticizer,
walaupun fas rendah, beton tetap memiliki sifat workabilitas yang baik.
2. Kadar semen tetap, air tetap
Cara ini untuk memproduksi beton dengan slump
yang lebih tinggi. Tingginya nilai slump akan memudahkan penuangan adukan.
3. Kadar semen dikurangi, faktor air semen tetap
Cara ini dilakukan untuk memperoleh beton dengan
penggunaan semen yang lebih sedikit, sehingga mengurangi biaya.
Komposisi dari plasticizer diklasifikasikan secara umum menjadi 5 kelas:
1. Asam lignosulfonic dan kandungan garam-garam
2. Modifikasi dan turunan asam lignosulfonic dan
kandungan garam-garam
3. Hydroxylated carboxylic acids dan kandungan
garamnya
4. Modifikasi hydroxylated carboxylic acids dan
kandungan garamnya
Berdasarkan prosentase pengurangan jumlah air,
plasticizer/water reducer dibedakan menjadi 3 macam:
1. Normal water reducer : Penggunaan jenis ini
mampu mengurangi air antara 5 – 10%.
2. Mid-range water reducer : Penggunaan jenis ini
mengurangi air antara 10 – 15%.
3. High-range water reducer : Jenis ini biasa
disebut superplasicizers, mampu mengurangi air antara 20 – 40%.
Mekanisme adanya penambahan plasticizer dapat dijelaskan sebagai berikut:
Senyawa diserap oleh bidang
muka antara air dengan zat padat. Partikel padat tersebut mengandung muatan
sisa pada permukaannya dapat positif, negatif ataupun keduanya. Pada pasta
semen, akibat perbedaan muatan tersebut, partikel dengan muatan berbeda
yang posisinya berdekatan menyebabkan gaya elektrostatik, selanjutnya partikel
mengalami flokulasi/ penggumpalan.
Sejumlah air diikat oleh
gumpalan tersebut dan diserap pada permukaan padat, sedang sedikit air yang
tersisa mampu mengurangi viskositas/kekentalan pada pasta dan juga pada beton.
Molekul pada plasticizer berfungsi menetralisir muatan pada permukaan atau
membuat seluruh permukaan tersebut bermuatan seragam. Kemudian partikel
tersebut saling tolak menolak (tidak lagi saling tarik menarik), sehingga semua
partikel saling berpencar/dispersi dalam pasta. Hal ini membuat sebagian besar
air mampu untuk mengurangi viskositas pada semen dan beton. Interaksi
pada permukaan ini hampir pasti diketahui terjadi pada partikel semen, dan
dapat pula terjadi pada fraksi terhalus dari agregat halus.
Contoh produk plasticizer:
1. Plastiment NS
Produk ini dikeluarkan oleh Sika, dengan bahan
dasar polimer padat. Plastiment NS memenuhi standar ASTM C-494 Tipe A dan
AASHTO M-194 Tipe A. Plastiment NS direkomendasikan untuk digunakan pada aplikasi
beton kualitas tinggi dengan peningkatan kuat tekan awal dan waktu ikatan
normal. Produk ini dapat mengurangi air sampai dengan 10% untuk memperoleh
beton yang mudah dikerjakan dengan kuat tekan dan kuat lentur yang lebih
tinggi. Dosis yang digunakan adalah 130 – 265 ml untuk tiap 100 kg semen.
2. Plastocrete 161W
Merupakan produk Sika dengan bahan polimer dan
telah memenuhi persyaratam ASTM C-494 Tipe A. Direkomendasikan untuk digunakan
pada beton kualitas tinggi dengan workabilitas sangat baik dan waktu ikatan
cepat. Plastocrete 161W memberikan hasil yang optimal apabila dikombinasikan
dengan fly ash (abu terbang). Dosis yang digunakan adalah 195 – 650 ml/100 kg
semen.
3. Plastocrete 169
Produk Sika dengan tujuan ganda, yaitu sebagai
reducer dan retarder. Produk ini telah memenuhi syarat ASTM C-494 Tipe A.
Digunakan untuk beton normal dan memerlukan retarder. Tujuan ganda Plastocrete
169 sebagai water reducer normal dan set retarder memberikan fleksibilitas yang
tinggi pada penggunaannya dan dapat dikombinasikan untuk meningkatkan kualitas
maupun nilai ekonomis. Apabila digunakan untuk reducer, digunakan dosis 261-391
ml/100 kg semen. Apabila digunakan sebagai set retarder, dosis 390-520 ml/100
kg berat semen.
4. Viscocrete 4100
Merupakan produk Sika yang digunakan sebagai high
range water reducer dan superplasticizer. Produk ini telah memenuhi syarat ASTM
C-494 Tipe A dan F. Bahan tambah ini dapat digunakan dengan dosis rendah untuk
mengurangi air antara 10-15% dan apabila digunakan dengan dosis tinggi mampu
mengurangi air hingga 40%. Produk ini dapat digunakan untuk Self Compacting
Concrete (SCC) karena dapat memberikan workabilitas yang tinggi. Viscocrete
4100 tidak mengandung formaldehid dan kalsium klorida serta tidak menyebabkan
korosi pada tulangan baja. Untuk tujuan umum dosis yang direkomendasikan
sebanyak 195-520 ml/100 kg semen. Apabila diinginkan pengurangan air secara
maksimum, dosisnya dapat mencapai 780 ml/100 kg semen.
Penerapan:
- Untuk meningkatkan workabilitas
- Untuk meningkatkan kekuatan pada tingkat workabilitas yang sama
- Untuk memperbaiki sifat beton yang menggunakan agregat bergradasi jelek
Pengaruh:
- Memisahkan partikel-partikel semen dan meningkatkan fluiditas beton
- Mengurangi kebutuhan air pencampur
- Dapat mempengaruhi waktu setting beton
Keterangan:
Kandungan
klorida harus dibatasi, overdosis lignosulphonates dapat menyebabkan penundaan
pengerasan yang berlarut-larut. Selanjutnya hal ini dapat mempengaruhi kekuatan
dan porositas beton.
Tipe B: Retarder
Bahan
kimia untuk memperlambat proses ikatan beton. Bahan ini diperlukan apabila
dibutuhkan waktu yang cukup lama antara pencampuran/ pengadukan beton dengan
penuangan adukan. Atau dimana jarak antara tempat pengadukan beton dan tempat
penuangan adukan cukup jauh.
Tipe C: Accelerator
Bahan
kimia untuk mempercepat proses ikatan dan pengerasan beton. Bahan ini digunakan
jika penuangan adukan dilakukan di bawah permukaan air, atau pada struktur
beton yang memerlukan pengerasan segera.Beberapa macam accelerator, yaitu Calsium
chlorida (CaCl2), Aluminium Chlorida, Natrium Sulfat, dan Aluminium
Sulfat.
Tipe D: Water Reducer Retarder (WRR)
Bahan
kimia tambahan berfungsi ganda yaitu untuk mengurangi air dan memperlambat
proses ikatan.Pengaruhnya pada beton adalah Kekuatan Tekan, Setting Time,
dimana retarder menghambat setting time beton.
Tipe E: Water Reducer Accelerator
Bahan
kimia tambahan berfungsi ganda yaitu untuk mengurangi air dan mempercepat
proses ikatan. Pengaruhnya pada beton:
- Kekuatan. Pada saat accelerator mencapai peningkatan kekuatan awal beton, pengaruh kekuatan beton dapat diabaikan. Jika bahan water reducing dicampur accelerator, keuntungan kekuatan jangka panjang akan diapat berhubungan langsung dengan penurunan rasio air-semen (a/s).
- Setting Time. Setting time beton yang mengandung accelerator lebih pendek daripada beton biasa yang tidak mengandung accelerator. Pengaruh kalsium klorida pada setting time lebih besar daripada kalsium format.
- Workability. Baik kalsium klorida dan kalsium format memberikan sedikit peningkatan dalam workabilitas. Peningkatan yang lebih besar dalam workabilitas dapat diperoleh dengan kombinasi accelerator dengan bahan water reducing.
- Air Entrainment. Hampir semua accelerator tidak mengandung derajat air entrainment.
- Bleeding. Admixture accelerator tidak mempengaruhi bleeding.
- Panas Hidrasi. Accelerator meningkatkan tingkatan panas yang dihasilkan dan memberikan kenaikan temperature yang lebih besar daripada campuran bahan biasa. Total panas hidrasi tidak mempengaruhi.
- Perubahan Volume. Kalsium klorida meningkatkan creep maupun drying shrinkage. Kalsium format meningkatkan drying shrinkage tetapi data yang ada menunjukkan ada sedikit pengaruh pada creep.
- Durability. Kalsium klorida mempunyai kemampuan memecahkan pasivity alamiah yang diberikan beton dengan menggunakan semen portland, dengan demikian akan memperbesar korosi pada baja atau logam tertanam.
Tipe F: High Range Water Reducer (Superplasticizer)
Bahan
kimia yang berfungsi mengurangi air sampai 12% atau bahkan lebih. Dengan
pemakaian bahan tambahan ini diperoleh adukan dengan faktor air semen lebih
rendah pada nilai kekentalan adukan yang sama atau diperoleh adukan dengan
kekentalan lebih encer dengan fakor air semen yang sama, sehingga kuat tekan
beton lebih tinggi. Superplasticizer adalah zat-zat polymer organik yang
dapat larut dalam air yang telah dipersatukan dengan menggunakan proses
polymerisasi yang komplek untuk menghasilkan molekul-molekul panjang dari massa
molecular yang tinggi. Molekul-molekul panjang ini akan membungkus diri
mengelilingi partikel semen dan memberikan pengaruh negatif yang tinggi
sehingga antar partikel semen akan saling menjauh dan menolak. Hal ini akan
menimbulkan pendispersian partikel semen sehingga mengakibatkan keenceran
adukan dan meningkatkan workabilitas. Perbaikan workabilitas ini dapat
dimanfaatkan untuk menghasilkan beton dengan workability yang tinggi atau
menghasilkan beton dengan kuat tekan yang tinggi.
Bahan
ini merupakan sarana untuk menghasilkan beton mengalir tanpa terjadi pemisahan
(segregasi/ bleeding) yang umumnya terjadi pada beton dengan jumlah air
yang besar, maka bahan ini berguna untuk pencetakan beton di tempat-tempat yang
sulit seperti tempat pada penulangan yang rapat. Superplasticizer dapat
memperbaiki workabilitas namun tidak terpengaruh besar dalam meningkatkan kuat
tekan beton untuk faktor air semen yang diberikan.
Namun
kegunaan superplasticizer untuk beton mutu tinggi secara umum sangat
berhubungan dengan pengurangan jumlah air dalam campuran beton. Pengurangan ini
tergantung dari kandungan air yang digunakan, dosis dan tipe dari
superplasticizer yang dipakai. (L.J. Parrot, 1998). Superplasticizer
tidak akan menjadikan “encer” semua campuran beton dengan sempurna, oleh
karenanya campuran harus direncanakan untuk disesuaikan.
Untuk
meningkatkan workability campuran beton, penggunaan dosis superplasticizer
secara normal berkisar antara 1-3 liter tiap 1 meter kubik beton. Larutan
superplasticizer terdiri dari 40% material aktif. Ketika superplasticizer
digunakan untuk mengurangi jumlah air, dosis yang digunakan adalah lebih besar,
5 sampai 20 liter tiap 1 meter kubik beton. (Neville, 1995)
Menurut (Edward G Nawy, 1996).
Superplasticizer dibedakan menjadi 4 jenis:
- Koondensasi sulfonat melamin formaldehyde (SMF) dengan kandungan klorida sebesar 0,005%.
- Sulfonat nafthalin formaldehid (SNF) dengan kandungan klorida yang dapat diabaikan.
- Modifikasi lignosulfonat tanpa kandungan klorida.
- Carboxyl acrylic ester copolymer.
Keempat
jenis bahan tambahan ini terbuat dari sulfonat organik dan disebut
superplasticizer karena bahan ini dapat mengurangi air pada campuran beton
sementara slump beton bertambah sampai 8 in (208 mm) atau lebih. Bahan-bahan
ini digunakan untuk menghasilkan beton “mengalir” tanpa terjadinya pemisahan
yang tidak diinginkan dan umumnya terjadi pada beton dengan jumlah air yang
besar untuk meningkatkan kekuatan beton, karena memungkinkan pengurangan kadar
air guna mempertahankan workabilitas yang sama.
Jenis
SMF dan SNF yang disebut garam sulfonik lebih sering digunakan karena lebih
efektif dalam mendispersikan butiran semen, juga mengandung unsur-unsur yang
memperlambat pengerasan.
Tipe G: High Range Water Reducer (HRWR)
Bahan
kimia tambahan berfungsi ganda yaitu untuk mengurangi air dan mempercepat
proses ikatan dan pengerasan beton. Bahan kimia tambahan biasanya dimasukkan
dalam campuran beton dalam jumlah yang relatif kecil dibandingkan dengan
bahan-bahan utama, maka tingkatan kontrolnya harus lebih besar daripada
pekerjaan beton biasa. Hal ini untuk menjamin agar tidak terjadi kelebihan
dosis, karena dosis yang berlebihan akan bisa mengakibatkan menurunnya kinerja
beton bahkan lebih ekstrem lagi bisa menimbulkan kerusakan pada beton.
Produk Concrete
Admixture yang sering dipergunakan dalam industri Beton Precast adalah
Admixture Type-F
dengan Fungsi High-Range Water-Reducer dan Superplasticizer,
dengan Fungsi High-Range Water-Reducer dan Superplasticizer,
Produk Kami adalah:
1. LIGNO C-470, Type-F
- Admixture berbahan utama Sodium Napthalene Sulphonat Formulation.
- Sangat cocok untuk tingkatan Target K-225 hingga K-400 pada 28 Hari.
- Mampu mengurangi pemakaian air hingga 30% dengan dosis 1% dari Cementitious.
- Umumnya dipakai pada industri Panel Beton, U-ditch, Pipa/Slab dan Pile.
2.
LIGNO C-431n, Type-F High Gridd
- Admixture berbahan utama Sodium Napthalene Sulphonat Formulation.
- Untuk Tingkatan target K-400 hingga K-600 pada umur 28 hari.
- Mampu mencapai K-250 di umur 1 hari.
- Mengurangi Pemakaian Air hingga 40% dengan dosis 1% dari Cementitious.
- Umumnya dipakai pada Precast Square Pile dan Spun Pile dengan target K yang tinggi.
3.
LIGNO P-100, Type F SCC (Self Compacting Concrete)
- Admixture Concrete Berbahan Polycarboxilat
- Memiliki sifat SCC sehingga concrte dan mengalir sendiri
- Umumnya dipakai pada Konstruksi Mold yang dijangkau susah.
- Juga sangat Bangus untuk Precast Target K-500 keatas.
- Merupakan Produk Terbagus dalam kelasnya.
- Mampu mencapai K-350 pada umur satu hari dengan target K-500 di 28 hari.
- Sangat cocok pada precast PC-Beam, Big Pile dan Rigid.
Produk-produk
unggulan kami sudah diakui oleh banyak Customer tentang Kualitasnya,
Mineral Admixture (Bahan Tambahan Mineral)
Bahan
tambahan mineral ini merupakan bahan padat yang dihaluskan yang ditambahkan
untuk memperbaiki sifat beton agar beton mudah dikerjakan dan kekuatan serta
keawetannya meningkat. Yang termasuk dalam Mineral Admixture adalah
Pozzolan dan bahan tambahan khusus lainnya yang berasal dari mineral.
Sifat-sifat semen yang menggunakan
Pozzolan antara lain:
- Panas hidrasi akan turun karena adanya tambahan pozollan kandungan C3A dalam semen berkurang.
- Campuran pasta semen pada keadaan konsistensi normal maka faktor air semakin meningkat dengan adanya pozollan.
- Workability dari beton yang memakai semen pozollan akan lebih baik.
- Merubah waktu setting.
- Merubah kekuatan beton.
Bahan Tambah Mineral (Additive)
1. Abu Terbang Batu bara (Fly Ash)
Menurut ASTM C.618 (ASTM, 1995:304) abu terbang (fly ash) didefinisikan sebagai butiran halus hasil residu pembakaran batubara atau bubuk batu bara. Fly ash dapat dibedakan menjadi dua, yaitu abu terbang yang normal yang dihasilkan dari pembakaran batu bara antrasit atau batu bara bitomius dan abu terbang kelas C yang dihasilkan dari batubara jenis lignite atau subbitumeus. Abu terbang kelas C kemungkinan mengandung kapur (lime) lebih dari 10% beratnya. Kandungan kimia yang dibutuhkan dalam fly ash tercantum dalam ASTM C.618-95:305 (Ir.Tri Mulyono,2003)
1. Abu Terbang Batu bara (Fly Ash)
Menurut ASTM C.618 (ASTM, 1995:304) abu terbang (fly ash) didefinisikan sebagai butiran halus hasil residu pembakaran batubara atau bubuk batu bara. Fly ash dapat dibedakan menjadi dua, yaitu abu terbang yang normal yang dihasilkan dari pembakaran batu bara antrasit atau batu bara bitomius dan abu terbang kelas C yang dihasilkan dari batubara jenis lignite atau subbitumeus. Abu terbang kelas C kemungkinan mengandung kapur (lime) lebih dari 10% beratnya. Kandungan kimia yang dibutuhkan dalam fly ash tercantum dalam ASTM C.618-95:305 (Ir.Tri Mulyono,2003)
2. Silica Fume
Menurut standar “Spesification for Silica Fume for Use in Hydraulic Cement Concrete and Mortar” (ASTM.C.1240,1995:637-642) silica fume adalah material pozzolan yang halus, dimana komposisi silica lebih banyak yang dihasilkan dari tanur tinggi atau sisa produksi silicon atau alloy besi silicon dikenal sebagai gabungan antara microsilica dengan silica fume. (Ir.Tri Mulyono,2003)
Penggunaan silica fume dalam campuran beton dimaksudkan untuk menghasilkan beton dengan kekuatan tekan yang tinggi. Beton dengan kekuatan tinggi, digunakan, misalnya, untuk kolom struktur atau dinding geser, pre-cast atau beton pra-tegang dan beberapa keperluan lain. Kriteria beton dengan kekuatan tekan tinggi saat ini adalah 50-70 MPa untuk umur 28 hari. Penggunaan silica fume berkisar antara 0 – 30% untuk memperbaiki karakteristik kekuatan dan keawetan beton dengan factor air semen sebesar 0,34 dan 0,28 dengan atau tanpa superplasticizer dan nilai slump 50 mm
Menurut standar “Spesification for Silica Fume for Use in Hydraulic Cement Concrete and Mortar” (ASTM.C.1240,1995:637-642) silica fume adalah material pozzolan yang halus, dimana komposisi silica lebih banyak yang dihasilkan dari tanur tinggi atau sisa produksi silicon atau alloy besi silicon dikenal sebagai gabungan antara microsilica dengan silica fume. (Ir.Tri Mulyono,2003)
Penggunaan silica fume dalam campuran beton dimaksudkan untuk menghasilkan beton dengan kekuatan tekan yang tinggi. Beton dengan kekuatan tinggi, digunakan, misalnya, untuk kolom struktur atau dinding geser, pre-cast atau beton pra-tegang dan beberapa keperluan lain. Kriteria beton dengan kekuatan tekan tinggi saat ini adalah 50-70 MPa untuk umur 28 hari. Penggunaan silica fume berkisar antara 0 – 30% untuk memperbaiki karakteristik kekuatan dan keawetan beton dengan factor air semen sebesar 0,34 dan 0,28 dengan atau tanpa superplasticizer dan nilai slump 50 mm
Yang
termasuk kategori bahan tambahan ini ialah semua bahan tambahan yang tidak
termasuk kategori di atas, misalnya, bahan tambahan jenis polimer, fiber mash,
bahan pencegah karatan, bahan tambahan yang dapat mengembang, bahan tambahan
untuk perekat/ bonding admixture.
Tipe-tipe
Mineral Admixture yaitu:
1.
Material cementitious
Dapat
bereaksi langsung dengan air. Bahan ini mengandung silikat dan kalsium
aluminosilikat. Contoh: Blast Furnace Slag, yaitu bahan buangan industri baja
yang menggunakan tanur pijar.
2.
Material pozzolanic
Material
yang dapat bereaksi dengan kapur bebas (Ca(OH)2) plus air. Komposisinya
didominasi oleh siliceous dan aluminous. Contoh: Abu Terbang kelas F,
yaitu sisa buangan Industri Pembangkit Listrik yang menggunakan batubara jenis
bituminous atau anthracite. Selain itu, silica fume (hasil sampingan produksi
elemen silicon), juga bahan pozzolanic. Komposisinya didominasi oleh unsur
amorphous silica.
3.
Material pozzolanic dan cementitious
Material
ini dapat bereaksi dengan air saja atau dengan kapur bebas (Ca(OH)2) plus air.
Komposisinya didominasi oleh siliceous, aluminous dan kapur. Contoh: Abu
Terbang kelas C, yaitu sisa buangan Industri PLTU yang menggunakan barubara
jenis lignite atau subbituminous.
4.
Material inert
Material
ini tidak bereaksi secara kimiawi dengan unsur-unsur semen. Contoh: bahan
buangan pabrik batu marmer, bahan kuarsa yang sudah dihaluskan dan lain-lain
(AD).(sumber GOOGLE)